PALEMBANG|Palnews.id-BAGI Husin Soengki, musik merupakan bahasa jiwa yang universal. Siapapun pasti akan tergetar ketika mendengar senandung nada yang menelusup ke dalam jiwanya*.
——
Sebagai sesosok manusia yang sangat dekat dengan nilai-nilai musikal, Husin begitu peka untuk mengolaborasikan nada-nada musik dengan keragaman tradisi masyarakat Indonesia.
“Bagi saya, musik merupakan nilai dasar dari jiwa seseorang yang peka terhadap nilai-nilai kemanusiaan,” ujar Husin Soengki yang akrab disapa Uchin, di ruang podcash TVRI Sumatera Selatan, Jumat, 10 Januari 2025.
Menurut Uchin, pada masa-masa sebelum pecahnya ruang kuas genzi saat ini, sajian musik Indonesia diwanai dengan kekentalan nilai tradisi khas yang lebur dengan alam, ciri peradaban, serta religiusitas kehidupan.
Dari lagu anak-anak, misalnya. Sajian estetiknya benar-benar berakar kuat ke dalam adab dan adat istiadat, sehingga mampu mendidik jiwa anak-anak dengan kesadaran relijiusitas membangun struktur kerendahan hatinya.
“Coba kita perhatikan, kalau dulu lagu anak-anak itu akrab dengan alam dan ketuhanan secara utuh,” tukas Uchin dengan mimik serius.
Seperti lagu Mananam Jagung, siksa kubur, serta jenis lagu yang menceritakan alam dan lingkungan sekitarnya.
“Sekarang ini, ada lagikah lagu anak-anak dengan corak nada dan syair seperti itu?” kata Uchin aeperti bertanya ke dirinya sendiri.
Apalagi muncul musik-musik remix yang tak jelas landasan musikalnya. “Kalau ada pesta pernikahan, saya prihatin jika irama remix ditampilkan dalam pesta itu. Yang jelas, susananya akan jadi tidak murni lagi karena dikotori dengan penggunaan narkoba,” katanya.
Yang membuat Uchin heran, kok ilustrasi nama dengan ritme tak beraturan seperti remix, justru disukai mereka yang tidak memahami estika musikal.
“Ini yang perlu kita pahami secara mendasar, sehingga kita bisa memahami unsur _rythm and rhime_ di dalam nada dan irama,” jelasnya.
Terkait perkembangan itu, jelas Uchin, wajar apabila Kapolda Sumsel melarang digelarnya musik remix. Andaikan masih ada mereka yang bandel dengan kehendak mereka sendiri, maka polisi akan “menyita” peralatan musik (organ) pengiringnya.
“Bahkan tuan rumah pesta dan si empunya organ akan dibawa ke kantor polisi terkait musik remix tersebut,” ungkap Uchin.
Karena dia berharap agar format musik saat ini dikembalikan ke unsur dasar tradisi yang begitu arif dan mengajarkan nilai seni yang bernilai tinggi. (*)
Penulis adalah seniman dan jurnalis senior